Rabu, 18 Mei 2011

gumuk pasir


BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Namun siapa sangka, di negara yang subur ini terdapat fenomena alam yang unik berupa gumuk pasir yang mirip dengan padang gurun di negara-negara timur tengah. Fenomena Gumuk Pasir ini dapat ditemui di sepanjang muara Sungai Opak hingga Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.
Gumuk Pasir merupakan fenomena alam berupa gundukan-gundukan pasir menyerupai bukit akibat dari pergerakan angin. Istilah gumuk sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti gundukan atau sesuatu yang menyembul dari permukaan yang datar. Secara morfoganesa (proses terjadinya gumuk pasir), terjadinya Gumuk Pasir di sepanjang Pantai Parangtritis tak bisa lepas dari keberadaan Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Kali Opak, Kali Progo, dan Pantai Parangtritis.
Partikel pasir yang membentuk gumuk-gumuk pasir berasal dari material vulkanik Gunung Merapi yang dibawa aliran Sungai Opak dan Sungai Progo menuju laut selatan. Sesampainya di muara, material vukanik tersebut dihantam gelombang Samudra Indonesia yang kuat. Material tersebut mengalami penggerusan hingga berubah menjadi butiran pasir yang sangat halus.
Butiran pasir ini diterbangkan angin laut ke daratan. Ketika sudah berada di daratan, butiran pasir halus ini terus mengalami pergerakan sesuai dengan hembusan angin. Pada musim peralihan, angin bertiup sangat kencang dan membawa pasir lebih banyak hingga terbentuklah gundukan-gundukan pasir menyerupai bukit yang disebut dengan Gumuk Pasir. Proses pembentukan gumuk pasir ini memakan waktu ribuan tahun sebelum menghasilkan fenomena gumuk pasir seperti yang dapat ditemui saat ini.
Gumuk Pasir Parangtritis mempunyai kondisi yang sangat spesifik, salah satunya adalah perubahan suhu yang sangat ekstrim antara siang dan malam hari. Hal ini menyebabkan hanya flora dan fauna tertentu saja yang bisa bertahan di kawasan ini. Anda yang memiliki ketertarikan khusus menyangkut fanomena alam sekitar, tentunya akan sangat merugi jika melewatkan kesempatan mengunjungi Gumuk Pasir ini




BAB II
ISI

1)           Pengertian Gumuk Pasir
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk pasir pada umumnya kurang dari 30 meter pertahun.
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).
Secara global gumuk pasir merupakan bentuklahan bentukan asal proses angin (aeolian). Bentuklahan bentukan asal proses ini dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan sebagai berikut :
1)             Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
2)             Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
3)             Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
4)             Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang paling utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di padang pasir terdapat batuan.

Kalau melihat peta lokasi disebelah ini, dapat dilihat bahwa ada satu sungai utama yang besar yang menoreh bukit-bukit dan gunung-gunung dan akhirnya membawa material dari gunung-gunung api yang masih aktif, yaitu Sungai Progo. Sungai Progo merupakan sungai utama yang membawa hasil gerusan batubatuan volkanik yang berasal dari Gunung Merapi-Merbabu. Juga hasil penorehan di gunung-gunung Sidoro disebelah barat laut.
Bongkahan-bongkahan serta pasir -pasir itu dibawa oleh sungai-sungai ini dari ujung puncak gunung  sebagai bongkah-bongkah, kemudian terbawa menjadi pecah sebagai kerikil, terus terbawa oleh aliran sungai dan pecah menjadi butiran-butiran pasir-pasir. Dan sebagian masih ada yang terendapkan namun ada yang jauh terbawa oleh arus sungai.
Sumbernya berasa dari gunung disebelah utaranya. Bukit ini akhirnya tertoreh oleh air hujan dan akhirnya dibawa ke laut dan diendapkan sebagai endapan delta di muaranya.
Secara mudah delta terbentuk karena proses-proses sungai ini. Delta merupakan tempat penumpukan material-material yang dibawa oleh sungai. Karena di muara sungai arusnya sudah sangat lemah maka seluruh barang bawaan sungai ini ditaruh saja di mulut sungai.
Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a)             Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
b)             Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
c)             Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Contoh bentuk lahan asal proses eolin :
Gumuk Pasir atau Sandunes Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk sabit (barchans),melintang (transverse), memanjang (longitudinal dune), parabola (parabolik), bintang (star dune).
Kerja angin mempunyai 2 aspek, yaitu erosif dan akumulatif. Akumulatif seperti yang terjadi di daerah pantai berpasir sangat dipengaruhi oleh ukuran butir dari materialnya. Bentuk-bentuk gumuk pasir seperti barchan, parabolik, longitudinal dan transversal merupakan tipe gumuk pasir yang berkembang di bawah pengaruh aktivitas angin. Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan dengan bentuk teratur.
Umumnya gumuk pasir terbentuk pada pantai berpasir yang landai dan datar, ada angin yang berhembus dengan kecepatan tinggi, sinar matahari kontinyu, ada akumulasi pasir yang berasal dari sungai yang bermuara di situ, terdapat bukit penghalang di belakang pantai dan tumbuhan berupa spinifex lithorus, pandanus, calanthropus gigantae, ipomoa pescaprae dan kaktus.
Beberapa ciri khusus antara lain berstruktur sedimen permukaan gelembur gelombang (ripple mark) akibat pergeseran butiran pasir pengaruh arah angin, perlapisan horisontal di bagian dalam, lapisan bersusun dan silang siur. Rona cerah, tekstur halus-seragam, pola teratur dan banyak sungai bermuara dan melebar akibat pertemuan dengan laut. Kadang terbentuk danau tapal kuda (“oxbow lake”), sungai berpindah dan akumulasi material pasir di depan tebing penghalang. 

2)             Morfologi


Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang.Beberapa tipe gumuk pasir








a)      Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)


Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.


b)      Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
c)      Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
d)     Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
e)      Gumuk Pasir Bintang (star dune)

Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.



f)       Tipe Impedeed Dunes
1.      Blowout

Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar cekungan. Terbentuk karena deflasi local.

2.      Echo dunes


Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi penghalang.Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputaran aliran angin karena zone penghalang.




3)           Aspek spatial (keruangan) Gumuk Pasir Parangtritis
Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk pasir yang terdapat di pantai selatan Jawa tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia. Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.
a)      Pengaruh dari Gunung Merapi
Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada  Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.


b)      Pengaruh angin
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes. .Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.


Citra daerah gumuk pasir parangtritis yang menunjukkan adanya pengaruh angin muson tenggara. ( Sumber : wikimapia.org, 2008)
c)      Pengaruh Sungai.
Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan material terendapkan pada bagian barat sungai.


d)     Pengaruh Graben Bantul
Zona selatan Jawa merupakan plato yang mirining ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh.  Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya pada Sungai Opak-Oyo.Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.
(Pantai Parangtritis)












BAB III
PENUTUP

Gumuk Pasir atau Sand Dune merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir. Akumulasi pasir lepas berupa gundukan teratur hasil kerja dan pengaruh komponen-komponen : jumlah pasir yang diendapkan teratur ke laut, ombak yang memindahkan pasir dari laut ke darat, intensitas sinar matahari yang mengeringkan pasir di pantai, intensitas dan kemenerusan angin yang memindahkan pasir, tebing penghambat gerak angin dan sebaran pasir, vegetasi, dan dinamika budaya masyarakat.
Keanekaragaman flora yang banyak terdapat di gumuk pasir menurut IVI (important value index) adalah: Rumput lari, pangut, rumput teki, tengkinong, dan widuri.
Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan teratur hasil kerja dan pengaruh komponen-komponen :
 (1) jumlah pasir yang diendapkan teratur ke laut,
 (2) ombak yang memindahkan pasir dari laut ke darat,
(3) intensitas sinar matahari yang mengeringkan pasir di pantai,
(4) intensitas dan kemenerusan angin yang memindahkan pasir,
(5) tebing penghambat gerak angin dan sebaran pasir,
(6) vegetasi, dan
 (7) dinamika budaya masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA


Sumber gambar http://www.indiana.edu/
www.gumuk pasir.com
www.proses aeolian.com
www.sand dunes.com

3 komentar: